Monday, March 3, 2008


Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (Ambarawa, Kabupaten Semarang 6 Mei 1929 - Jakarta 10 Februari 1999), dikenal sebagai budayawan, arsitek, penulis, rohaniwan, aktivis dan pembela 'wong cilik'. Anak sulung dari 12 bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniyah.
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya yang akrab dipanggil dengan Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996. Beliau banyak melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya: Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di Indonesia. Bukunya Sastra dan Religiositas mendapat penghargaan buku non-fiksi terbaik tahun 1982.
Dalam bidang arsitektur, beliau juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Aga Khan Award, yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan pemukiman di tepi kali Code, Yogyakarta.
Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Dia lalu membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Sebelumnya, Romo membangun gagasan SD yang eksploratif pada penduduk korban proyek waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali Code, Yogyakarta.
Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan dengan 'politik suara hati nurani' menjadikan dirinya beroposisi selama pemerintahan Soeharto.

Pendidikan

HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang (1936-1943)
STM Jetis, Yogyakarta (1943-1947)
SMU-B Santo Albertus, Malang (1948-1951)
Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta (1951)
Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang (1952)
Filsafat Teologi Sancti Pauli, Kotabaru, Yogyakarta (1953-1959)
Teknik Arsitektur, ITB, Bandung (1959)
Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman (1960-1966)
Fellow Aspen Institute for Humanistic Studies, Colorado, AS (1978) Biografi

1936

  • Masuk HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang.
    1943

    • Tamat HIS, meneruskan ke STM Jetis, Yogyakarta.
      Ikut kingrohosi yang diadakan tentara Jepang di lapangan Balapan, Yogyakarta.
      Mulai tertarik mempelajari sejarah dunia dan filsafat.
      1944

      • STM Jetis dibubarkan, dan dijadikan markas perjuangan tentara RI.
        Ikut aksi pencurian mobil-mobil tentara Jepang.
        1945

        • Menjadi prajurit TKR Batalyon X divisi III. Bertugas di asrama militer di Benteng Vrederburg, lalu di asrama militer di Kotabaru, Yogyakarta. Ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen.
          1946

          • Melanjutkan sekolah di STM Jetis.
            Menjadi prajurit Tentara Pelajar, pernah bertugas menjadi supir pendamping Panglima Perang Sri Sultan Hamengkubuwono IX memeriksa pasukan.
            1947

            • Lulus STM Jetis.
              Saat Agresi Militer Belanda I, tergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi Kedu.
              1948

              • Masuk SMU-B Santo Albertus, Malang
                1950

                • Sebagai perwakilan dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI di alun-alun kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman yang kemudian sangat berpengaruh bagi masa depannya.
                  1951

                  • Lulus SMU-B Santo Albertus, melanjutkan ke Seminari Menengah di Kotabaru.
                    1952

                    • Pindah ke Seminari Menengah Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang.
                      1953

                      • Melanjutkan ke Seminari Tinggi. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus di Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah Uskup Soegijapranata, SJ.
                        1959

                        • 8 September ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Soegijapranata, SJ.
                          Melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur ITB.
                          1960

                          • Melanjutkan pendidikan di Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman.
                            1963

                            • Menemani saat Uskup Soegijapranata meninggal dunia di biara suster Pusat Penyelenggaraan Ilahi di Harleen, Belanda
                              1966

                              • Lulus pendidikan arsitektur dan kembali ke Indonesia.
                                1967-1980

                                • Menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam, Magelang.
                                  Mulai berhubungan dengan pemuka agama lain, seperti Gus Dur dan Ibu Gedong Bagoes Oka.
                                  Menjadi Dosen Luar Biasa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM.
                                  Mulai menulis artikel untuk koran Indonesia Raya dan Kompas, tulisan-tulisannya kebanyakan bertema: agama, kebudayaan, dan teknologi. Juga menulis cerpen dan novel.
                                  1975

                                  • Memenangkan Piala Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan Radio Nederland.
                                    1978

                                    • Atas dorongan Dr. Soedjatmoko, Romo Mangun mengikuti kuliah singkat tentang masalah kemanusiaan sebagai Fellow of Aspen Institute for Humanistic Studies, Aspen, Colorado, AS.
                                      1980-1986

                                      • Mendampingi warga Kali Code yang terancam penggusuran. Melakukan mogok makan menolak rencana penggusuran.
                                        1986-1994

                                        • Mendampingi warga Kedung Ombo yang menjadi korban pembuatan waduk.
                                          1992

                                          • Mendapat The Aga Khan Award untuk arsitektur kali Code
                                            1994

                                            • Mendirikan laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED ini diterapkan di SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
                                              1998

                                              • 26 Mei, Romo Mangun menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya Moses Gatutkaca di Yogyakarta.
                                                10 Februari 1999

                                                • Wafat karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminar Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru di Hotel Le Meridien, Jakarta. Y.B.Mangunwijaya Buku dan tulisan

                                                  Balada Becak, novel, 1985
                                                  Balada dara-dara Mendut, novel, 1993
                                                  Burung-Burung Rantau, novel, 1992
                                                  Burung-Burung Manyar, novel, 1981
                                                  Di Bawah Bayang-Bayang Adikuasa, 1987
                                                  Durga Umayi, novel, 1985
                                                  Esei-esei orang Republik, 1987
                                                  Fisika Bangunan, buku Arsitektur, 1980
                                                  Gereja Diaspora, 1999
                                                  Gerundelan Orang Republik, 1995
                                                  Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, novel, 1983
                                                  Impian Dari Yogyakarta, 2003
                                                  Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta, 2000
                                                  Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia modern, 1999
                                                  Memuliakan Allah, Mengangkat Manusia, 1999
                                                  Menjadi generasi pasca-Indonesia: kegelisahan Y.B. Mangunwijaya, 1999
                                                  Menuju Indonesia Serba Baru, 1998
                                                  Menuju Republik Indonesia Serikat, 1998
                                                  Merintis RI Yang Manusiawi: Republik yang adil dan beradab, 1999
                                                  Pasca-Indonesia, Pasca-Einstein, 1999
                                                  Pemasyarakatan susastra dipandang dari sudut budaya, 1986
                                                  Pohon-Pohon Sesawi, novel, 1999
                                                  Politik Hati Nurani
                                                  Puntung-Puntung Roro Mendut, 1978
                                                  Putri duyung yang mendamba: renungan filsafat hidup manusia modern
                                                  Ragawidya, 1986
                                                  Romo Rahadi, novel, 1981 (terbit dengan nama samaran Y. Wastu Wijaya)
                                                  Roro Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel trilogi, 1983-1987
                                                  Rumah Bambu, kumpulan cerpen, 2000
                                                  Sastra dan Religiositas, kumpulan esai, 1982
                                                  Saya Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat, 1999
                                                  Soeharto dalam Cerpen Indonesia, 2001
                                                  Spiritualitas Baru
                                                  Tentara dan Kaum Bersenjata, 1999
                                                  Tumbal: kumpulan tulisan tentang kebudayaan, perikemanusiaan dan kemasyarakatan, 1994
                                                  Wastu Citra, buku Arsitektur, 1988

No comments: